Kamis, 10 Januari 2013

* Kisah Inspiratif *
=> 3×8=23 <=

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius
yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin
banyak orang. Dia mendekat dan mendapati
pembeli dan penjual kain sedang berdebat. Pembeli berteriak: 3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?

"Yan Hui mendekati pembeli kain dan
berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah
Confusius yang berhak mengatakan".

Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu
salah, bagaimana?"

Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya
salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"

Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8 = 23.
Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia." Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar
Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.

Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.Walaupun Yan Hui
menerima penilaian Confusius tapi hatinya
tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti
dengan alasan urusan keluarga. Confusius
tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat
kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon.
Dan jangan membunuh."

Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.

Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di
bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia
meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya
yang pertama sudah terbukti.

Apakah saya akan membunuh orang? Yan
Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka
kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia
meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan.

Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan
pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius,
jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin
dan ternyata yang tidur disamping istrinya
adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata:

"Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan
terjadi?"

Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah
panas, diperkirakan akan turun hujan petir,vmakanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin
pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".

Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, aku kagum padamu guru."

Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu
pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan
jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa.

Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, aku malah berpikir guru sudah tua
dan pikun. Aku benar2 malu."

Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

------------------
Cerita ini mengingatkan kita:

Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.

Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap
adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.

Banyak hal ada kadar kepentingannya.

Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.

Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah
yang didapat adalah kebaikan bagi semua
orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga
Kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih dulu adalah kemenangan
terhadap diri dan lebih penting kemenangan di dalam hati.

WE A WINNER!

Semoga menjadi Inspirasi & Motivasi



SUmber IP
Posted by Unknown On 19.20 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube